Ini merupakan artikel lanjutan dari
postingan sebelumnya “Sinner Crew, Sebuah Komunitas Graffiti” dan dalam
postingan ini akan kita bahas lebih lanjut mengenai siapa saja bombers di balik
Sinner Crew, dan bagaimana sepak terjangnya selama berada di dunia street art
dan kompetisi graffiti antar kota.
Kita bahas mulai dari nama komunitas ini
yang terkesan unik, karena memakai bahasa inggris yaitu “Sinner Crew”. Kalau
diartikan secara langsung (lewat kamus),
kurang lebih artinya adalah kumpulan/kelompok pendosa. Tetapi apakah arti dari Sinner Crew benar demikian?
Untuk menjawab rasa penasaran, kemarin
saya memberanikan diri bertanya kepada salah satu anggota Sinner Crew yaitu Hood
(Mas Huda). Mas Huda menjelaskan asal
mula memakai kata Sinner Crew adalah bahwa setiap orang yang hidup di dunia ini
pasti mempunyai dosa, baik itu dosa besar ataupun dosa kecil. Dan mereka semua
yang tergabung dalam komunitas ini merasa bahwa masing-masing pernah berbuat
dosa, lalu timbul pemikiran di benak mereka, mengapa kita tidak pakai saja kata
Sinner Crew ini sebagai identitas komunitas graffiti mereka. Dan akhirnya semua
anggota sepakat memakai nama “Sinner Crew” ini.
Sinner Crew dibentuk pada tahun 2005,
tepatnya tanggal 5 April 2005 oleh 2 orang pendirinya Yudha (INY) dan Sam (Michael Sam). Seiring berjalannya waktu mereka bertemu dengan
teman-teman lain yang memiliki minat yang sama dalam hal seni jalanan, dan
menggambar di tembok. Tempat mereka sering berkumpul adalah di Café Kampus
UKSW.
Di café ini pula mereka bertemu teman-teman lain, yang akhirnya menjadi anggota Sinner Crew. Ohh iya, sebelumnya saya tegaskan terlebih dulu bahwa kebanyakan anggota dari Sinner Crew ini adalah mahasiswa Fakultas Sastra dan Bahasa (FBS) di UKSW, termasuk Hood (Huda) juga merupakan mahasiswa FBS angkatan 2003.
Di café ini pula mereka bertemu teman-teman lain, yang akhirnya menjadi anggota Sinner Crew. Ohh iya, sebelumnya saya tegaskan terlebih dulu bahwa kebanyakan anggota dari Sinner Crew ini adalah mahasiswa Fakultas Sastra dan Bahasa (FBS) di UKSW, termasuk Hood (Huda) juga merupakan mahasiswa FBS angkatan 2003.
Para anggota Sinner Crew sendiri pada
awalnya (sekitar tahun 2005) dalam
menuangkan idenya masih menggunakan cat dan kuas. Mereka sering memulai
aktivitasnya saat malam hari sampai pagi. Ini dilakukan karena pada saat itu
graffiti masih belum bisa diterima oleh masyarakat, khususnya masyarakat di
Salatiga. Tempat favorit mereka menuangkan ekspresinya adalah di tembok
sepanjang Jln. Monginsidi, Salatiga. Kalian yang pernah main atau sekedar lewat
pasti melihat banyak gambar warna-warni yang sangat imaginatif di sepanjang
Jln. Monginsidi, itu semua adalah hasil karya dari para anggota Sinner Crew
dalam menuangkan ide ataupun ekspresi diri mereka.
Sekitar awal tahun 2006, para anggota
sinner telah mulai beralih media dari yang semula masih menggunakan cat dan
kuas berganti ke cat kaleng semprot (pylox).Dengan
menggunakan cat semprot mereka lebih leluasa dan menghemat waktu dalam
menuangkan imaginasinya (nge’bomb), dikarenakan
mereka bisa langsung menyemprotkannya tanpa harus menggambar sketsanya terlebih
dulu, seperti kalau mereka masih menggunakan cat dan kuas.
Untuk urusan kemampuan seni graffiti,
kemampuan mereka sudah tidak diragukan lagi. Sinner Crew pernah menyabet
beberapa piala dalam ajang kompetisi graffiti, salah satunya adalah juara 1
kompetisi perumahan gathering family di Semarang tahun 2008, juara 2 kompetisi
graffiti di Universitas Diponegoro Semarang, dan masih banyak lagi gelar yang
mereka raih dalam ajang-ajang serupa, termasuk di kampusnya sendiri.
Teman-teman bisa lihat di lapangan basket kampus UKSW banyak gambar graffiti
yang sangat indah dan menarik, sebagian dari graffiti tersebut adalah hasil
karya para bombers Sinner Crew.
Juara 1 kompetisi di Semarang
Seiring berjalannya waktu para anggota
Sinner Crew sadar bahwa mereka tidak bisa selamanya mengandalkan uang saku pemberian
orang tua yang sangat pas-pasan. Apalagi dalam urusan hobi graffiti ini cukup
menguras kantong, dikarenakan untuk setiap nge’bomb
setidaknya mereka membutuhkan 10 kaleng pylox, dengan harga Rp.20.000,- per kaleng. Maka dari itu
kebanyakan anggota Sinner Crew memutuskan untuk kerja paruh waktu, ada yang
kerja di minimarket, warnet, restaurant, café, tukang tattoo, dll.
Kemarin Mas Huda bilang meskipun para anggota Sinner Crew kerja di tempat yang berbeda-beda dan terkesan tidak ada hubungannya dengan seni, tetapi di tempat kerja, mereka masih dipercaya atasan mereka untuk urusan desain grafis dan desain acara. Ini dikarenakan jiwa seni dan kreatif yang anggota Sinner Crew miliki tetap ada meskipun berada pada dunia kerja.
Kemarin Mas Huda bilang meskipun para anggota Sinner Crew kerja di tempat yang berbeda-beda dan terkesan tidak ada hubungannya dengan seni, tetapi di tempat kerja, mereka masih dipercaya atasan mereka untuk urusan desain grafis dan desain acara. Ini dikarenakan jiwa seni dan kreatif yang anggota Sinner Crew miliki tetap ada meskipun berada pada dunia kerja.
Tujuan dari Sinner Crew untuk menggambar
di tembok-tembok adalah untuk mengekspresikan imajinasi dan ide kreatif yang
ada di pikiran mereka, tanpa ada maksud untuk menuangkan bentuk protes terhadap
rasa ketidakadilan yang dirasakan dan juga tidak ada maksud mengotori seperti tujuan awal munculnya graffiti.
Selain itu graffiti pertama kali muncul juga merupakan protes terhadap
pemerintahan dengan bentuk coretan di pinggir-pinggir jalan, maka dari itu
graffiti disebut Street Art.
Para bombers sampai saat ini masih
berusaha sedikit demi sedikit untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi
persepsi negatif masyarakat terhadap seni graffiti ini. Perjuangan mereka ini
juga sudah menunjukkan perkembangan baik karena saat ini kadang-kadang Sinner
Crew dimintai tolong oleh pemilik warung atau took untuk menggambar tembok
warungnya sebagai sarana promosi yang murah tapi menarik. Biarpun bombers
Sinner Crew sangat menyukai menggambar di tembok, tetapi mereka sangat tidak
suka dengan coretan-coretan buatan anak SMA yang hanya mengotori tembok.
Mungkin gara-gara ulah beberapa orang tak bertanggungjawab inilah, persepsi
graffiti di mata masyarakat menjadi semakin buruk.
Baca juga kuliner Salatiga : Sate Lemak / Gajih Khas Salatiga
Baca juga kuliner Salatiga : Sate Lemak / Gajih Khas Salatiga
Harapan Sinner Crew adalah agar graffiti
bisa diterima oleh masyarakat luas dan kalau bisa sering-sering diadakan
kompetisi bombers antar kota. Sehingga seni jalanan ini bisa diangkat image’nya
menjadi suatu seni yang positif dan bermanfaat. Seperti halnya tattoo yang dulu
dianggap sebagai simbol premanisme, tetapi
sekarang telah menjadi sebuah seni yang sangat diminati dan diterima oleh
khalayak luas.
Dan satu hal lagi, ini pesan dari Mas
Huda, bomber Sinner Crew : bagi anak-anak SMA, SMK, ataupun SMP
yang tidak punya kegiatan, jangan coret-coret atau tagging-tagging tidak jelas di dinding kelas atau di jalanan.
Dikiranya kalau sudah buat coretan sama tagging-tagging itu berasa keren
ya?. Itu semua tidak ada keren-kerennya sama sekali. Kalian itu cuma
ngotor-ngotorin saja. Kalau memang mau belajar buat graffiti dan memang
tertarik sama street arts bukan begitu caranya. Kita juga welcome kok sama
newbie yang memang minat buat graffiti.
Semoga Informasi tentang SINNER CREW Salatiga, Art Won't Stop di atas dapat bermanfaat. Salam Street Arts…!!
Bisa tolong corat coret dinding rumah saya?
BalasHapusBisa tolong corat coret dinding rumah saya?
BalasHapus