Untuk artikel kali ini masih termasuk dalam
label khusus yang seluruh postingannya berstatus sebagai tugas
kuliah saya. Setelah kemarin sedikit membahas tentang Etnosentrisme atau Etnorelativisme, sekarang saya akan beralih topik pembahasan kepada Rasisme di Indonesia.
Tahukah kalian apa itu Rasisme?
Rasisme
adalah kepercayaan yang membuat persepsi bahwa manusia ataupun ras yang
satu lebih unggul dari ras lainnya berdasarkan perbedaan biologis. Sehingga
dengan kepercayaan ataupun persepsi tersebut secara tidak langsung tercipta
kasta atau tingkatan antar sesama manusia, seperti menganggap superior ras
tertentu.
Sekadar
mengingatkan kawan-kawan, bahwa kita terlahir sebagai manusia dengan ciri-ciri
fisik tertentu, seperti warna kulit hitam atau putih, hidung pesek, dan jenis rambut
yang berbeda pula. Semua ciri-ciri fisik tersebut haruslah diakui bukan
merupakan suatu kesalahan atau dosa dari individu tersebut. Manusia mana pun tidak
pernah punya pilihan ketika akan dilahirkan, termasuk lahir dengan kondisi difabel.
Semua
kondisi yang dimiliki manusia semata-mata merupakan takdir Tuhan. Sehingga bentuk
fisik, rambut dan warna kulit kita sebagai manusia adalah hak kuasa Tuhan yang
tidak bisa kita tolak. Tapi mengapa masih saja ada orang atau kelompok tertentu
yang menganggap orang atau ras lain lebih rendah dari ras’nya?. Berarti secara
tidak langsung dia telah menghina Tuhan yang telah menciptakan semua makhluk dengan
sebaik-baiknya.
Seharusnya keragaman dan perbedaan biologis itu harus dilihat
dan dipahami sebagai kemajemukan ras yang harus saling dihormati dan dihargai,
bukan malah menonjolkan satu superioritas ras tertentu.
Saya coba berikan contoh
kasus rasisme yang sering terjadi di sekitar kita, salah satunya adalah teriakan
ataupun nyanyian para supporter klub sepak bola di Indonesia yang berisi
hujatan ataupun kata-kata yang tidak pantas diucapkan.
Parahnya lagi hujatan
tersebut sering terlontar dari mulut para supporter saat pertandingan pada kompetisi
resmi sepak bola di Indonesia. Selain dapat memperkeruh kondisi hubungan antar
supporter, hal itu juga sangat tidak mendidik bagi suporter yang masih berusia
dini, karena sepak bola merupakan salah satu olahraga yang disukai oleh lintas usia. Semangat
dan fanatisme sebagai pendukung sebuah klub sepak bola bukan merupakan hal yang
buruk, namun hal itu harus didasari oleh rasa kesatuan dan sikap saling
menghormati, agar tidak menimbulkan rasisme.
Kita
semua sebagai bagian dari warga negara yang majemuk, seharusnya bisa menempatkan
diri kita pada lingkungan kehidupan masyarakat dengan cara yang baik dan benar, sehingga bisa mencegah timbulnya rasisme-rasisme dalam konteks yang lain. Sebelum
saya menutup artikel ini, ada 1 pertanyaan yang harus kawan-kawan
renungkan jika ingin menghilangkan rasisme mulai dari hal yang paling kecil yaitu dari
dalam diri kita sendiri.
Masih adakah sikap perhatian dan saling pengertian pada hati nurani kalian terhadap orang lain?
Semoga artikel tentang Contoh Rasisme di Indonesia dapat bermanfaat.
menambah wawasan kita tentang rasisme...
BalasHapusternyata hal - hal kecil yang dicontohkan bs berakibat besar nantinya...
lebih berhati2 dlm bersikap dan berbicara jadinya
selain rasisme ada juga fanatisme berlebih...
BalasHapusmalah kalau melihat sepakbola di Indonesia, tidak jarang ada perilaku yang lebih mirip chauvinisme (smoga aja bener nulisnya)
betull..erna, apa lagi kita kelak akan menjadi guru..digugu lan di tiru..harus ekstra hati-hati
BalasHapus